Samarinda - Puluhan kendaraan truk di Samarinda, Kalimantan Timur, harus rela bermalam dan menginap di sekitar SPBU untuk mendapatkan solar subsidi. Fakta di lapangan itu sudah berlangsung lebih dari 3 pekan ini.
Pantauan detikFinance di SPBU 64.751.09 Jalan Panglima M Noor, belasan truk sudah mengantre sejak pukul 20.00 WITA, Selasa (27/11/2012) malam. Meski mengantre, para sopir menelan kekecewaan lantaran SPBU memasang tulisan bertuliskan 'Solar Habis'.
Pantauan detikFinance di SPBU 64.751.09 Jalan Panglima M Noor, belasan truk sudah mengantre sejak pukul 20.00 WITA, Selasa (27/11/2012) malam. Meski mengantre, para sopir menelan kekecewaan lantaran SPBU memasang tulisan bertuliskan 'Solar Habis'.
Memasuki Rabu (28/11/2012) dinihari sekitar pukul 02.15 WITA tadi, jumlah pengantre terus bertambah. Sedikitnya tercatat 24 truk berjejer di pinggir jalan, yang mengarah ke SPBU. Padahal, SPBU baru beroperasi sekitar 5-6 jam kemudian.
"Kalau tidak menunggu dari sekarang, nanti bisa tidak dapat minyak (solar). Antre siang tidak bisa karena pagi nanti sampai sore, dipakai kerja," kata Misran (32) kepada detikFinance, Rabu (28/11/2012) dinihari WITA.
Beragam truk antre saat itu, mulai dari pengangkut alat berat berupa baja batangan, sembako hingga truk bak terbuka yang biasanya digunakan sehari-hari untuk penyewaan mengangkut tanah urugan.
Pelat nomor polisinya pun tidak hanya dari wilayah Kalimantan Timur dengan awalan 'KT', melainkan juga pelat nomor polisi berawalan L (Surabaya dan sekitarnya), serta DD (Makassar dan sekitarnya).
"Saya sudah hampir 7 tahun tinggal di sini (Samarinda). Mobil (truk) saya ini memang saya bawa ke sini dari Sidoarjo, untuk disewa buat angkut-angkut tanah, biasanya tanah urug," kata Misran.
Sopir truk lainnya, Riadi (41), mengaku terpaksa harus menginap untuk membeli SPBU lantaran bahan bakar kendaraanya tidak lagi sanggup untuk melanjutkan perjalanan ke Bontang, yang ditempuh hingga 3,5 jam.
"Saya dari Balikpapan bawa sembako buat ke Bontang. Mau tidak mau harus menginap karena solar saya sudah hampir habis, tidak bisa kalau dipaksa jalan ke Bontang. Di Bontang ya juga sama, sulit solar," sebut Riadi.
"Kata teman-teman sopir, cuma di SPBU ini yang melayani truk. Tapi memang, ada 2 SPBU lainnya yang saya datangi, tidak boleh truk ikut mengantre. Cuma di sini yang boleh. Paling tidak jam 8 atau jam 9 pagi ini, saya sudah bisa jalan ke Bontang," terangnya.
Sejumlah sopir lainnya juga sepakat meminta pemerintah segera dan serius memperhatikan persoalan BBM di Kaltim ini. Persoalan kelangkaan BBM, bisa menyulitkan mereka untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan sehari-hari.
"Apalagi saya, bawa sembako, untuk dijual di Bontang. Kalau tidak begini (menginap di sekitar SPBU), mana bisa saya dapat uang. Biar capek, yang penting anak dan istri saya bisa makan," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment