Home » » Tutup Akhir Tahun, Pengusaha Ngeluh Harga Batu Bara Anjlok

Tutup Akhir Tahun, Pengusaha Ngeluh Harga Batu Bara Anjlok


Jakarta -Sepanjang tahun 2013, harga batu bara anjlok, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) tahun ini mencapai US$ 87,46 per ton atau turun dari tahun lalu US$ 95,48 per ton. 

Sehingga keuntungan para perusahaan yang mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP) merosot bila dibandingkan dengan tahun lalu.

Wakil Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Herman Kasih berpendapat salah satu penyebab anjloknya harga batu bara karena banyaknya izin usaha pertambangan (IUP) yang diterbitkan pemerintah. Hasilnya suplai meningkat dan harga menjadi anjlok.

"Jadi memang dengan era ini penerbitan IUP sudah lebih dari 10.000. Pemerintah pusat nggak sanggup melakukan pengawasan. Kami sarankan agar ditertibkan agar harga bisa naik dan produksi batu bara bisa terkontrol dengan baik," kata Herman saat berdiskusi soal tambang di Kafe Pisa, Menteng Jakarta, Senin (30/12/2013).

Selain itu, penambangan batu bara ilegal juga marak terjadi di sepanjang tahun 2013. Ia mencatat 56 juta ton batu bara ilegal diproduksi selama tahun 2013. Banyaknya batu bara yang beredar membuat harga semakin jatuh.

"Yang tidak terdeteksi pemerintah 56 juta ton itu illegal mining sepanjang tahun 2013," imbuhnya.

Tahun depan, ia memprediksi produksi batu bara akan melonjak 20% dibandingkan tahun 2013 menjadi 400 juta ton. Angka ini berbeda dengan angka rekomendasi pemerintah yang hanya mentargetkan produksi batu bara 2014 sebesar 392 juta ton.

Pasar utama produk batu bara di Indonesia masih didominasi oleh PT PLN (Persero) untuk kepentingan produksi listrik. Sedangkan sebagian besar atau 80% produksi batu bara di dalam negeri ditujukan untuk ekspor. Adapun tujuan pasar batu bara Indonesia di tahun 2014 adalah ke Jepang, Bangladesh dan Srilangka.

"Pemerintah Jepang sedang cari tambahan batu bara dari Indonesia untuk membangkitkan pembangkit listrik karena mereka menutup PLTN sehingga pembelian batu bara tahun depan meningkat. Untuk China belum ada keputusan. Srilangka dan Bangladesh adalah market baru kita. Kebutuhan PLN berkisar 70-80 juta ton tetapi itu juga akan meleset. Kelebihan produksi kita hampir 80% kita ekspor dan 20% diserap di dalam negeri," jelasnya.

(wij/hen)

0 comments:

rose
 
Support : KOMINFO FKMTEI | Depid Prasetyo U | IMTE Polines
Copyright © 2013. FKMTE INDONESIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by KOMINFO FKMTEI
Proudly powered by Blogger